5 Alasan Umum Remaja Melakukan Hubungan Seks Saat Pacaran & Kenapa Itu Salah


Ini alasan paling umum remaja melakukan hubungan seks saat pacaran!

Idealnya, masa pacaran adalah masa yang menyenangkan. Kita bisa mengenal lawan jenis lebih dalam, emlakukan banyak hal dan menjalani banyak momen bersama.

Tapi kenyataannya enggak sedikit ditemukan kasus remaja-remaja melakukan hubungan seks saat pacaran atau pra nikah. Fakta ini diperkuat dengan Hasil Survei Kesehatan Reproduksi Remaja oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Bencana (BKKBN) Tahun 2012 serta perbandingan hasilnya di tahun 2007.



Dalam data tersebut tercatat remaja berusia 15-19 tahun mengaku pernah melakukan hubungan seksual tanpa menikah, dengan presentase lebih banyak remaja laki-laki yang melakukan hubungan seks pra nikah dibandingkan remaja perempuan.

Alasan remaja-remaja tersebut melakukan hubungans seks saat pacaran pun bermacam-macam. Yuk telusuri alasan-alasan umum yang memicu remaja melakukan hubungan seks saat pacaran, dan kenapa alasan itu salah.

Rasa Ingin Tahu


Alasan yang paling umum adalah karena remaja-remaja tersebut didominasi rasa ingin tahu dan coba-coba yang besar. Biasanya alasan ini datang karena mereka enggak tahu atau enggak memperhitungkan risiko dampak negatif apa yang bisa terjadi setelah mereka melakukan hubungan seks.

Padahal, seks sebelum menikah pada remaja berisiko terhadap terjadinya kehamilan di usia muda dan penularan penyakit menular seksual. Kehamilan yang tidak direncanakan pada remaja perempuan dapat berlanjut pada aborsi dan pernikahan dini. Kedua risio ini juga akan berdampak pada masa remaja tersebut, serta janin yang dikandung dan keluarga remaja.

Terjadi Begitu Saja


Banyak juga remaja yang memberi alasan karena terjadi begitu saja. Ini kadang terjadi karena remaja-remaja tersebut enggak sadar kalau mereka telah melakukan atau mengalami kekerasan atau pelecehan seksual.

Baca Juga :


  1. Pasangan Tak Bercinta Selama Seminggu, Ini Dampak Negatifnya!!
  2. Pendidikan Seks Generasi Milenial Sebaiknya Fokus ke Gambar
  3. Penjelasan Mengenai Bagaimana Virus HIV Berkembang Menjadi Aids
  4. Serius!! 10 Makanan Ini Sakti Bikin Tahan Lama Bercinta (18+)
  5. Tanda Anda Sedang Dalam Masa Subur, Pengantin Baru Wajib Baca! - New !!

Menurut Heni Mulyati S,Pd kepada Divisi Litbang, Humas, dan Publikasi Persatuan Keluarga Berencana Indonesia(PKBI) DKI Jakarta dari beberapa kasus yang ditemui di lapangan, rata-rata para remaja cewek enggak sadar kalau yang mereka alami adalah kekerasan atau pelecehan seksual.

Menurut Heni, menyadarkan mereka bahwa mereka itu korban sangat sulit karena merasa itu salah mereka. Kadang mereka terlalu didominasi dengan faktor sayang, cinta, dan takut kehilangan sehingga hubungan seksual saat pacaran itu pun terjadi begitu saja.

Dipaksa Pasangan


Dipaksa pasangan juga kerap menjadi alasan remaja-remaja ini melakukan hubungan seks saat pacaran. Bunga (nama disamarkan) remaja berusia 19 tahun menceritakan pengalamannya dipaksa pacar untuk melakukan hubungan seks . Bunga awalnya berkenalan dengan cowok itu lewat chat, hingga suatu hari si cowok mengajak dia untuk ketemuan di sebuah perkebunan tempat pariwisata.

“Waktu itu udah malam, sepi enggak ada orang, dia tiba-tiba ngerangkul aku tapi aku kibas, tiba-tiba tangan aku diarahkan ke kelamin dia. Aku marah, dia balik marah bilang, ‘Udah nurut aja, kalau enggak nurut enggak akan aku antar pulang, di sini udah enggak ada siapa-siapa!’. Tangan aku ditarik, dia langsung meraba payudara aku, aku berontak, tapi terus didorong, aku enggak bis angelawan lagi sehingga akhirnya kejadian,” ungkap Bunga.

Sayangnya, setelah itu Bunga enggak berani ngadu pada siapa-siapa, kecuali seorang teman karena rasa takut yang besar. Sikap diamnya tersebut akhirnya menjerumuskan Bunga ke masalah yang lebih besar, Bunga akhirnya hamil dan harus berhenti sekolah. Orang tuanya marah besar hingga melaporkan cowok tersbeut ke polisi. Meski akhirnya cowok itu mau bertanggungjawab dan menikahi Bunga.

Pengaruh Teman


Faktor lainnya adalah pengaruh dari teman-teman demi mendapatkan pengakuan. Pada dasarnya, pengaruh teman ini bisa kita patahkan kalau kita punya kesadaran diri sendiri yang kuat.
Misalnya saat berpacaran, kita punya kendali atau kuasa atas tubuh kita. Harga diri yang baik dari cowok dan cewek yang lagi berpacaran akan sangat membantu mereka untuk berani menghindari dan menolak.

Kalau teman kita sudah mulai ngeledek kita, seperti ngatain cupu karena belum pernah berhubungan seks, balas saja ucapannya seperti, ‘Gue udah ngerasa bahagia sama dia tanpa harus ngelakuin hubungan seks kok’.

Dan yang paling penting adalah, bagaimana kita bisa berpegang teguh kepada prinsip kita itu. Susah sih memang kalau harus ngelawan pengaruh teman. Tapi susah bukan berarti enggak bisa. Bisa. Selalu ingat-ingat risiko yang bakal kita peroleh kalau ngelakuin hubungan seks sebelum menikah.

Ingin Menikah


Biasanya alasan ini muncul karena miskonsepsi yang sering berkembang di masyarakat, bahwa ketika kita menikah maka hidup kita otomatis menjadi bahagia, terlebih lagi ketika kita menikah muda.

Padahal di atas kertas fakta tersebut berkebalikan lho girls. Menurut laporan dari UNICEF dan Badan Pusat Statistik tahun 2016, telah terjadi 212.000 kasus perceraian di seluruh Indonesia. Perkawinan usia muda menjadi salah satu penyebab tingginya angka perceraian tersebut.

Selain itu juga ditemukan bahwa satu dari tujuh anak perempuan yang hidup di daerah perkotaan menikah sebelum usia 18 tahun. Mengejutkan bukan? Saat kita berpikir kalau anak-anak di pedesaan cenderung melakukan pernikahan dini, kenyataannya malah sebaliknya.

Bukan hanya karena secara fisik masih belum siap, psikolog Ajeng Raviando juga menuturkan bahwa ada banyak risiko emosional yang bisa kita alami jika melakukan pernikahan usia dini.

“Anak yang menikah sebelum 18 tahun seringkali dianggap sebagai orang dewasa dan harus memikul tanggung jawab yang sangat besar. Kasus ini bisa membuat mereka berhadapan dengan berbagai persoalan rumah tangga yang erujung perceraian. Akibatnya, anak akan merasa cemas, depresi, hingga mendorong mereka untuk memiliki pikiran bunuh diri,” tegas Psikolog Ajeng Raviando.

No comments:

Post a Comment